Senin, 26 Maret 2012

Ku serahkan padaMu, Rabb. (4)

Sabtu pagi, Wahidin mendapat pesan pendek dari Annisa, yang bertuliskan kata maaf dan berharap pada  Wahidin agar mengerti setelah kurang dari 2 hari hilang tak ada kabar dari Annisa, sensitif hati Wahidin mengertikan hal itu sebagai pertanda akan ada hal buruk bagi dia. Langsung saja, setelah menunaikan sholat zhuhur ia menuju rumah Annisa.

Sesampainya di Masjid dekat rumah Annisa, Wahidin menelponnya memastikan kondisi rumahnya, dan ternyata orang tua Annisa sedang tak ada di rumah, terpaksa Wahidin menunggu hingga orang tuanya pulang. Kebetulan saja, Hamdi, teman Wahidin sedang mendampingi kontingen Pramuka SD latihan untuk perlombaan ahad esok, dan membuat waktu menunggu Wahidin dapat terisi dengan menemani Hamdi.

Pukul 17:00, Annisa mempersilahkan Wahidin datang ke rumahnya setelah ia kabarkan bahwa orang tuanya sudang datang. Sesampainya di rumah Annisa, Wahidin tak ingin lama2 membahas tujuannya datang ke rumah Annisa.

W : kemana aja, ko 2 hari kemaren ga da kabar, trus sms tadi pagi maksudnya apa?
A : ngga apa-apa, tadi pagi aku minta maaf karena sms dari kakak ga aku bales, tapi ga da maksud apa2
W : sebenernya maksud lebih dari temen yang kamu maksud di sms malam selasa kemaren apa
A : ga ada maksud apa-apa (nampaknya Annisa belum ingin menjelaskan semuanya)
W : kalo ga ada maksud apa-apa, kenapa waktu aku sebut kamu sahabat, kamu ga terima? Kata-kata “jangan kemana-mana”, maksudnya apa (Wahidin tak menyerah dengan pertanyaannya)
A : Wahidin,,, kalo kita memang jodoh, dengan cara apa pun kita pasti bertemu kembali, ya kalo kita jodoh, kau jangan kemana-mana
W : (dug dag dig, jawaban Annisa membuat jantung wahyu berdetak kencang, karena Wahidin mengira akan ada hal yang ia tak inginkan terjadi), Annisa, tanpa ada maksud negatif, apa kamu tahu perasaan kau ke kamu saat ini bagaimana?
A : tahu,
W : apa sama dengan apa yang kamu rasakan ke aku?
A : hmhmhmhm, sekedar memastikan, emangnya kamu cinta ma aku?
W : iya, sebaliknya?
A : sama,
W : tapi sekali lagi, aku nyatakan bukan berarti aku mengajak kamu buat jadi pacar aku, tapi beginilah kenyataannya, aku sayang kamu, selanjutnya terserah kamu bagaimana kita akan jalani
A : seperti apa yang kamu telah katakan, “kita jalani seperti air mengalir”
W : yup, sebagai sahabat
A : hanya sahabat?
W : ya, sahabat. Seperti halnya sahabat kamu yang lain, ga ada status spesial, kata-kata spesial di antara kita
A : tapi aku mau lebih
W : lebih bagaimana maksud kamu
A : kita memang sahabat, tapi perhatian kita, rasa saling menjaga kehormatan kita, saling mengingatkan, lebih dari sekedar sahabat.
W : ok, aku setuju, lega rasanya mendengar kesepakatan ini, setelah beberapa hari di hantui keraguan, akhirnya aku yakin.
A : dan kita sudah tahu, jodoh adalah urusan Allah
W : jika memang 5 tahun mendatang aku di takdirkan menikah, ku harap kau lah mempelai wanitanya
A : 5 tahun,,, semoga kita bertemu kembali.
W : Amien,,,
A : dengan kesepakatan ini, kita akan tahu, siapa di antara kita yang main-main dengan perasaan ini.

Senyum Wahidin pertandakan hal setuju yang tak dapat ia katakan dengan kata karena bahagia yang mendalam, waktu magrib pun datang setelah percakapan panjang, Wahidin pun pamit pulang, dan ternyata Atikah adik Annisa adalah salah satu anggota Pramuka yang esok hari akan ikut perlombaan yang mengharuskan ia menginap di sekolah bersama teman-teman sastu sekolahnya. Kesempatan bagi Wahidin menjaga adik Annisa pun tak ia sia-siakan, meski tak bisa mendampingi hingga tempat perlombaan, namun semalam tak pejamkan mata sebagai tim sukses di balik panggung  menjadi sarana pengganti untuk menyampaikan rasa simpatinya pada Atikah.

Kebahagiaan tahap awal, sudah Wahidin raih bersama Annisa, semoga puncak kebahagiaan mereka di tahap selanjutnya bisa dirasakan bersama di atas pelaminan.

"dan kami serahkan perasaan ini padaMu, Rabb"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar